Pages

Rabu, 23 Oktober 2019

Apa gunanya menulis, kalau karya tidak diapresiasi?



Sudah lama saya nggak menulis di blog ini. Kali ini saya datang kembali di blog ini karena sebuah pertanyaan sederhana yang terlontar pada seseorang yang ingin menulis dan menciptakan karya tulis.

 dia bertanya dan sekaligus menyampaikan rasa kurang optimis. Seperti pesan WhatsApp yang saya terima ini:

"Sudah hampir menyerah saya.. apa gunanya menulis terus kalo karyanya tidak diapresiasi kan?" 

 Kalimat di atas ini, tanpa mengurangi dan menambahi kata.

Baiklah sebelum saya jawab pertanyaan tersebut, saya ingin mengatakan kepada siapapun Anda utamanya yang membaca blog saya ini, kalau Anda bukan seorang penulis , maka Anda haruslah tetap menulis. Biasakanlah tangan Anda tetap menulis. Maksa banget ya?

Maaf, sebab apa yang ditulis Anda adalah langkah awal yang akan mewujudkan apa yang ada di kepala Anda.

Meskipun mungkin menurut Anda tulisan Anda kedepannya nggak ada yang mengapresiasi.

Lah, terus percuma dong?

Tahukah Anda, Muhammad Ali, petinju kelas berat yang paling terkenal selalu menulis dan hasil tulisannya yang berupa puisi itu tujuannya mengejek calon lawannya sebelum pertandingan. Dan hasil tulisannya akhirnya dibukukan. Padahal sudah jelas dia petinju bukan penulis.

Pasti pernah dengar juga Albert Einstein, kan?
Anda pasti tahu dia bukanlah penulis, layaknya Muhammad Ali. Tetapi, tahukah Anda sepanjang hidupnya dia menulis kurang lebih dua ribu makalah. Banyak bukan? Tujuan dirinya menulis adalah untuk menuangkan segala kemungkinan yang kemudian melahirkan teori-teori besarnya. Dari tulisan-tulisan itulah ada jejak keilmuan Albert Einstein.

Pertanyaan selanjutnya adalah seperti ini:
"Bagaimana kalo tema yg dieksplorasi sering yg terlalu asing? misalnya saya suka nulis tentang astronot ato orang yg hidup di abad 19.
Bagaimana cara menemukan pembaca yg berminat?"

Jawabannya, jangan mencari pembaca yang minat. Yang penting adalah Anda ada minat untuk menulis. Jika Anda terlalu memikirkan peminat maka Anda akan tetap tidak punya karya. Jika Anda mencari banyak yang minat berarti itu pasaran. Yang pasaran itu biasanya yang paling murah. Sebab namanya juga pasaran (umum). Jadilah pembaru, yang tidak ada di pasaran namun mampu menciptakan pasar.

Anda haruslah punya komunitas yang isinya penulis semua. Dan Anda jangan hanya berinteraksi dengan penulis di dunia maya, seperti Facebook, grup WhatsApp, instagram dan lain-lain. Tapi, Anda harus menemukan penulis di dunia nyata juga. Cobalah bagikan karya Anda yang masih mentah, biarkan mereka membaca karya Anda dan menilai karya Anda. Keseringan komunitas itu bisa membantu jalan yang harus ditempuh Anda, dalam hal ini menerbitkan buku.

Sekian dari saran saya, semoga Anda bisa menjadi seorang penulis besar di Indonesia ini.

Salam literasi.
Saad Pamungkas.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar